Tamat dari Fakultas Hukum Universitas Fukuoka, seorang pengusaha asal Jepang, Yasuharu Inoue (59) bekerja sebagai juru rancang di sebuah perusahaan periklanan. Namun karena satu dan lain hal, Yasuharu keluar dari perusahaan tersebut, dan memilih bekerja aktif sebagai pengarah acara televisi, perancang event, dan menciptakan hal-hal baru. Dia juga pernah memproduksi berbagai event, seperti Piala Dunia Jepang-Korsel, Olimpiade Athena, Tokyo Marathon, dan lain sebagainya.
Beberapa tahun belakangan, Yasuharu mengaku sering mengunjungi negara-negara Asia Tenggara. Dalam perjalanannya, dia mendapatkan banyak sahabat dan teman dari kalangan muslim. Ia pun terinspirasi menciptakan solusi yang dibutuhkan teman-temannya dan seluruh umat Islam di negara Asia Tenggara, yaitu masjid berjalan.
Akhirnya bulan lalu, Yasuharu mengumumkan dan metunjukkan karyanya di Jepang. Masjid berjalan itu ia ciptakan sebagai fasilitas infrastruktur pariwisata menjelang Olimpiade dan Paralimpik Tokyo 2020.
"Kami membangun masjid berjalan dengan sepenuh hati kami untuk dipersembahkan kepada umat Islam sebagai salah satu pemeluk agama terbesar di dunia yang penuh keramahtamahan (omotenashi)," ungkap dia dalam acara peringatan ke-60 tahun hubungan diplomatik Jepang-Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Proyek masjid berjalan yang dikepalainya tersebut mampu menangani masalah kekurangan masjid bagi umat Islam di Jepang dan untuk mengantisipasi kehadiran wisatawan dari berbagai kewarganegaraan, kebudayaan, serta kepercayaan yang berbeda-beda.
Masjid berjalan tersebut mulai dibangun 4 tahun lalu. Sebuah truk dengan beban berat 25 ton yang dilengkapi dengan berbagai peralatan. Luas sisi lantainya mencapai 48 meter persegi yang bisa digunakan 50 orang salat bersama, dilengkapi tempat wudhu, serta sistem penentuan arah kiblat yang lengkap.
"Kami yakin sekali produk ini adalah produk 'Cool Japan' yang terpadu menggunakan teknologi canggih Jepang," ucapnya.
Ia mengakui, dirinya menerima banyak pertanyaan dari berbagai negara dan permintaan untuk menjual masjid berjalan itu ke luar negeri.
Dia berharap produk solutifnya tersebut dapat digunakan bukan hanya untuk Olimpiade Tokyo, namun juga dalam berbagai situasi untuk masyarakat di Indonesia. Truk masjid berjalan tersebut dibanderol seharga 100 juta Yen atau sekitar Rp14 miliar.
Menurut Yasuharu, harga yang mahal tersebut dikarenakan semua bahan baku asli dari Jepang. Namun jika bisa menggunakan material dari Indonesia, harga truk masjid berjalan bisa lebih murah.
https://www.wartaekonomi.co.id/berita193035/punyabanyak-teman-muslim-pengusaha-asal-jepang-ini-ciptakan-masjid-berjalan.html
No comments:
Post a Comment